
RADARDEPOK.COM, DEPOK – Fenomena Sudirman, Citayam, Bojong Gede, dan Depok (SCBD) yang mejeng di kawasan Sudirman, Jakarta viral di media mainstream dan media sosial.
Bahkan, juga muncul istilah ‘Citayam Fashion Week’, anak-anak belasan tahun berbusana layaknya orang dewasa, berlomba-lomba mencari perhatian melalui dandanannya. Mendadak setiap weekend Taman Dukuh Atas menjadi ajang “Model Catwalk”.
Tidak hanya busana yang mereka kenakan, namun perilaku mereka layaknya sudah cukup umur padahal mayoritas anak-anak berusia 11–16 tahun, membuat orang dewasa mungkin terheran-heran melihat fenomena tersebut.
Anggota DPRD Kota Depok dari Fraksi PKS, Hafid Nasir mengatakan, besar dan sekolah dari TK hingga SMA di Kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
“Aktivitas napak tilas memang menyenangkan, yaitu kegiatan jalan kaki yang dilakukan untuk mengenang berbagai kejadian dimasa lalu, yang sangat memengaruhi kehidupan masa kini,” ungkap Hafid Nasir yang juga warga Kota Depok sejak tahun 1990.
Hafid Nasir mengaku, mempunyai kenangan masa lalu dengan Masjid Agung Al-Azhar yang berada di Jalan Sisingamangaraja Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Ketika Hafid kecil dan remaja bersama teman-teman di lingkungannya sering salat Jum’at dan salat tarawih di sana, termasuk bersama keluarga. Salat Ied juga di sekitar Masjid Agung Al-Azhar.
“Acap kali ketika ada momentum di kawasan Jakarta Selatan, saya mampir untuk salat di sana dan diam sejenak mengenang masa lalu. Kawasan Blok M Bulungan, dan sekitarnya juga nampak tidak banyak perubahan. Hanya bangunan-bangunannya saja yang menyesuaikan perkembangan zaman. Saya masih pelajar saat tahun 1980-an, juga pasti mengingat masa lalu saya ketika melintas kawasan Jakarta Selatan,” kenang Hafid Nasir.
Menurut Hafid Nasir, mungkin sama halnya dengan anak-anak yang berasal dari Bojong Gede dan Citayam, sebagian dari mereka adalah “korban” pembebasan lahan orang tuanya di sekitar Tanah Abang. Sehingga mereka pindah ke wilayah Depok, Citayam dan Bojong Gede.
Sekarang transportasi sudah sangat mudah dan Dukuh Atas adalah kawasan TOD yang menjadi akses transit, seperti Commuter Line dan MRT. Menjadikan kawasan Dukuh Atas pilihan anak-anak Bojong Gede dan Citayam dalam mengisi liburannya untuk “napak tilas” kumpul bersama teman-temannya.
“Dunia teknologi informasilah yang mendorong mereka dan pada akhirnya gaya hidup anak-anak Jakarta ditiru mereka, menjadi viral di kalangan anak-anak sebayanya. Perilaku anak-anak bocah ini menjadikan kawasan Dukuh Atas sebagai ‘daya tarik wisata’ guna menarik anak-anak sebayanya dari dalam dan luar kota menggunakan fasilitas kota sebagai atribut wisata (urban tourism),” ujar Anggota Legislatif Dapil Pancoranmas tersebut.
Hafid menambahkan bahwa Bojong Gede, Citayam, Depok termasuk kawasan penyangga Ibu Kota DKI Jakarta. Pada hari dan jam kerja ada ratusan ribu yang pergi ke Jakarta untuk bekerja mencari nafkah.
Pernyataan Walikota Depok, Mohammad Idris, menyikapi fenomena “SCBD” (Sudirman, Citayam, Bojong Gede dan Depok) dan “Citayam Fashion Week”, yang ingin menjadikan wilayah yang dilewati stasiun Commuter Line tersebut sebagai bagian dari Jakarta Raya, patut menjadi pertimbangan para pemangku kepentingan. Alasannya, karena wilayahnya berbatasan dengan DKI Jakarta.
Mengutip pendapat Walikota Depok yang mengatakan bahwa permasalahan yang ada di wilayah daerah penyangga Jakarta mudah terselesaikan jika kawasan tersebut digabung. Ia juga menyebut peran satu gubernur untuk penggabungan wilayah itu.
“Bisa jadi dengan konsep perluasan Jakarta Raya, dapat menyelesaikan banyak persoalan, mulai dari gaya hidup, perilaku, ekonomi, sosial sampai dengan persoalan infrastuktur khususnya banjir,” pungkas Hafid Nasir. (gun/**)