RADARDEPOK.COM, DEPOK – Mencermati cuaca Kota Depok yang akhir-akhir ini labil kadang panas terik namun tiba-tiba hujan deras. Hal ini harus menjadi perhatian semua warning terjadinya pemanasan global bukanlah mengada ada. Musim kemarau dan penghujan menjadi sulit dibedakan waktunya.
Sebagaimana yang sering diinfokan oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
Hal ini juga disampaikan Anggota DPRD Kota Depok dari Fraksi PKS, Sri Utami. Agar masyarakat mewaspadainya.
Baca Juga: Sri Utami: HUT Ke-24, Depok Jadi Contoh Bagi Daerah Lain
“Selain cuaca yang berubah-ubah, yang juga perlu dicermati adalah makin minimnya pohon di sekitar kita. Masyarakat sekarang perlu kembali dimotivasi untuk mencintai pohon, sehingga mau menghijaukan lingkungannya kembali, ini diharapkan akan mengurangi temperatur permukaan tanah. Jika ada pohon maka akan lebih sejuk” ungkap Sri Utami kepada Radar Depok, Jumat (10/5).
Sri Utami menilai, karena sekarang ini masyarakat untuk mencabut rumput saja kurang bersemangat, sehingga akhirnya lingkungannya disemen agar rumput tidak tumbuh, ini akan membahayakan lingkungan.
Sri Utami menegaskan, Pemda Kota Depok dalam hal ini Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) perlu intensif turun menggerakkan secara simultan, mulai dari camat, lurah, RT, RW memahamkan bagaimana masyarakat itu agar menyadari pentingnya pohon sehingga tergerak untuk mencintainya.
Baca Juga: Tiga Raperda Dirombak Pansus DPRD Depok, Ini Rinciannya
“Bisa krisis oksigen kita dan terjadi pemanasan global, karena panas matahari langsung dipantulkan oleh beton dan semen yang mengelilingi kita,” tutur Sri Utami.
Selain itu lanjut Sri Utami, yang tidak kalah pentingnya adalah ketersediaan air.
Ia menyebutkan, baru-baru ini ada warga yang mengeluhkan minta bantuan untuk pembuatan mendalamkan sumur. Karena sumurnya kering.
Hal tersebut salah satu dampak juga ketika perilaku masyarakat tidak lagi ramah lingkungan.
Jalan dimana-mana dibeton, tepian jalan tidak disisakan lagi untuk tumbuh pohon, sehingga air yang jatuh ke jalan langsung terbuang ke got. Jadi, air hujan tidak bisa masuk, sebaliknya hanya lewat ke got dan terbuang ke sungai.
“Spirit Bappeda Kota Depok untuk mewujudkan kota ramah lingkungan saya pikir harus dicermati sampai dengan detail implementasi di lapangan,” terang Sri Utami.
Sri Utami menyarankan, salah satunya di wilayah-wilayah yang padat penduduk untuk menghindari kekeringan tadi perlu dibebaskan lahan untuk pembuatan sumur imbuhan.
Karena tidak tersedia lagi Ruang Terbuka Hijau (RTH), tetapi minimal sumur imbuhan untuk mengalirkan air hujan, mencegah banjir dan mengisi lapisan perifer tanah dengan membangun sumur imbuhan.
“Karena sumur imbuhan ini perlu lahan yang relatif cukup besar, maka perlu dibebaskan lahan dan untuk dibuat sumur imbuhan di sana, dimana kedalamannya sampai seratusan meter,” harap Sri Utami.
Ia berharap, seluruh komponen jangan menyepelekan persoalan lingkungan. Karena ketika membangun kota tidak ramah lingkungan, akan terjadi musibah besar.
“Kalau hujan kebanjiran seperti yang terjadi di margonda, air dari berbagai tempat berkumpul di sana menyebablan banjir. Begitu pula perlu diwaspadai akan terjadi kekeringan/krisis air di saat cuaca panas yang terik seperti akhir-akhir ini,” pungkasnya. ***