RADARDEPOK.COM – Anggota DPRD Kota Depok dari Fraksi PKS, Sri Utami, punya sudut pandang tersendiri tentang hikmah Maulid Nabi Muhammad SAW.
Baca Juga: Dinkes Cegah Virus Nipah Masuk Depok, Begini Caranya
Menurut Sri Utami, seringkali dalam peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang banyak dikupas biasanya tentang cinta Nabi, iman kepada Nabi, sejarah hidup Nabi, atau ibadah Nabi.
“Namun masih minim yang mengupas perilaku Nabi Muhammad SAW di dalam konteks lingkungan hidup,” ungkap Sri Utami kepada Radar Depok.
Padahal, sambung Sri Utami, setiap muslim harus mencontoh ajaran Nabi Muhammad SAW secara menyeluruh. Salah satunya adalah bagaimana perhatian Nabi kepada lingkungan.
Yang pertama, perhatian Nabi terhadap air.
“Dalam satu hadis Nabi saw mengatakan akan datang suatu masa umatku yang ketika berwudhu memboroskan air,” tutur Sri Utami.
Demikian juga, kata Sri Utami, Nabi menganjurkan agar tidak boros sekalipun berwudhu di sungai yang mengalir. Ibnu Abbas RA meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad SAW melewati Sa’ad yang sedang berwudhu. Beliau berkata, “Pemborosan apa pula ini wahai Sa’ad?, “.
Sa’ad berkata, “Apakah ada pemborosan dalam penggunaan air?” Beliau bersabda, “Ya, meskipun kamu berada di atas sungai yang mengalir,” (HR Ahmad dan Ibnu Majah).
Sri Utami menuturkan, ada dalil bahwa Nabi Muhammad SAW itu kalau berwudhu cukup dengan satu mud atau setara dengan 0,688 liter. Dan ketika mandi, cukup dengan 1 sha’ setara 4 mud atau kurang lebih 2,5 liter.
Ada seorang yang mengatakan tidak cukup untukku kemudian sahabat Ibnu Abbas ra mengatakan : “Demi Allah SWT itu cukup untuk orang yang mulia seperti Rasulullah SAW,” tambah Sri Utami.
Melihat kondisi kekeringan saat ini, ujar Sri Utami, sikap Nabi Muhammad SAW seharusnya bisa ditiru. Bagaimana menghemat ketersediaan air, saat wudlu ataupun mandi.
“Saat ini terjadi kekeringan di banyak wilayah sebaliknya juga penurunan permukaan air yang meluas karena eksploitasi aur tanah yang berlebihan, sehingga air sumur makin dalam. Ini menyebabkan penurunan permukaan tanah dan intruksi air laut ke daratan,” ungkap Sri Utami.
Lebih lanjut, Anggota Komisi B DPRD Kota Depok menerangkan, ketika hujan datang, dianjurkan untuk membaca doa Allahumma Soyyiban nafi’an. Itu wujud bagaimana kita harus bersyukur terhadap hujan.
“Air adalah sumber kehidupan. Sehingga harus mencintainya, jangan sampai justru menjadi musibah banjir,” ungkap Sri Utami.
Yang kedua, adalah perilaku Nabi terkait dengan pohon. Ada satu hadis yang mengatakan anjuran menanam pohon.
“Sekiranya besok kiamat sedangkan di tangan seorang kamu ada benih kurma maka hendaklah dia menanamnya, dengan itu dia mendapat pahala.” (Hadis Riwayat Al-Bukhari).
“Dari Anas bin Malik ra. berkata: Rasulullah saw bersabda: Tak seorang muslimpun yang menanam pohon atau menabur benih tanaman, lalu (setelah ia tumbuh) dimakan oleh burung, manusia, atau hewan lainnya, kecuali akan menjadi sedekah baginya” (HR. Al-Bukhari).
Pertanyaannya, kata Sri Utami, apakah kita sudah mengikuti perilaku Nabi tersebut.
“Bayangkan saja manfaatnya pohon. Salah satunya menghasilkan oksigen yang dihirup oleh sekian banyak manusia dan mahluk hidup itu dihitung sebagai sedekah. Kalau kita lihat di rumah sakit, satu tabung Oksigen berapa harganya. Dengan menanam pohon kita bisa bersedekah oksigen setiap saat untuk seluruh makhluk hidup,” tutur Sri Utami.
Menanam pohon, terang Sri Utami, banyak manfaatnya. Selain menghasilkan oksigen, bisa pula untuk menyimpan air tanah, menahan longsor, menahan debu, menyerap polusi, mendinginkan cuaca yang sekarang panasnya luar biasa. Karena memang minim pohon,” ucap Sri Utami.
Momen Maulid Nabi Muhammad SAW, Sri Utami juga menyinggung soal kebersihan. Ia menyoroti keberadaan sampah yang masih banyak berserakan dimana-mana, lantaran sikap kita. Padahal Nabi mengajarkan kebersihan sebagaian dari iman.
“Tapi sekitar rumah berceceran sampah plastik, sedotan, bekas bungkus makanan bahkan selokan, setu dan sungai penuh sampah. Ini kan tamparan serius ya. Harusnya tak boleh terjadi. Memaknai Maulid seharusnya bisa lebih luas lagi dengan meniru perilaku Nabi dalam mengelola lingkungan. Menjaga lingkungan agar tetap bersih, sehat, asri merupakan cermin keislaman kita. Bumi adalah anugrah Allah SWT dan jadi tanggung jawab kita sebagai seorang muslim memberikan contoh merawatnya,” pungkas Sri Utami. ***