RADARDEPOK.COM–Tampaknya upaya Pemerintah Kota Depok dalam menekan angka pengangguran boleh dikatakan cukup berhasil. Sebab data yang ada di Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Depok tahun 2024 angka pengangguran 6,97 persen, padahal tahun 2023 persentasenya 7,82 persen.
Kemungkinan besar penurunan ini terjadi dari berbagai program pemerintah, seperti mencetak 5000 pelaku UMKM dan 1000 pengusaha perempuan yang terus berlangsung hingga sekarang, dibukanya bursa kerja dengan melibatkan berbagai perusahaan, dan lainnya.
Statistisi Ahli Muda Badan Pusat Statistik (BPS), Hilmiah mengatakan, angka tingkat pengangguran terbuka (TPT) di kota Depok saat ini mengalami penurunan dibandingkan sebelumnya. Semula angka pengangguran berada di 7,82 persen dan saat ini turun menjadi 6,97 persen.
“Benar terjadi penurunan angka pengangguran di Depok dan saat ini berada di 6,97 persen,” ujar Hilmiah kepada Radar Depok, Rabu (7/9/2024).
Hilmiah menuturkan, dari angka tersebut, TPT dari tamatan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) masih yang paling tinggi dibandingkan yang lainnya, yaitu sebesar 30,14 persen. Disusul Sekolah Menengah Atas (SMA) sebesar 23,35 persen, Sekolah Dasar (SD) kebawah 16,43 persen, Universitas (Diploma IV/S1,S2,S3) sebesar 13,28 persen, Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebesar 12,11 persen, dan terakhir Diploma I/II/III sebesar 4,69 persen.
“TPT dari tamatan SMK itu paling tinggi dengan angka 30,14 persen. Sedangkan yang paling rendah ada tamatan Diploma I/II/III sebesar 4,69 persen,” tutur Hilmiah.
Hilmiah menjelaskan alasan tamatan SMK mempunyai angka terbesar TPT. Hal ini disebabkan karena lulusan SMK dominan memang dipersiapkan untuk bekerja setelah lulus sekolah.
“Anak lulusan SMK memang biasanya dipersiapkan untuk bekerja setelah lulus sekolah dan lalu mereka mencoba mencari pekerjaan. Hal itu sudah masuk dalam komponen pengangguran terbuka,” tutur Hilmiah.
Hilmiah merinci, ada empat komponen yang masuk dalam kategori pengangguran terbuka, yaitu orang yang sedang mencari pekerjaan, orang yang sedang mempersiapkan usaha barunya, orang yang merasa sudah berkali-kali mencari pekerjaan (putus asa), orang yang sudah diterima bekerja tetapi belum mulai bekerja.
“Orang yang menanggur atau kita biasa sebutnya pengguran terbuka itu ada empat komponen didalamnya, yaitu mencari pekerjaan, mempersiapkan usaha baru, putus asa, dan sudah diterima bekerja namun belum mulai bekerja,” tutur Hilmiah.
Kepala Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kota Depok, Sidik Mulyono membenarkan bahwa pengangguran di kota Depok pada 2023 sebesar 6,97 persen atau sebanyak 72.043 orang dari tahun sebelumnya sebesar 7,82 persen atau sebanyak 98.430 orang.
“Ini merupakan hasil kerja keras kami, sehingga turun sebesar 0,85 persen atau sebanyak 26.387 orang pada tahun 2022,” ujar Sidik Mulyono.
Sidik Mulyono mengatakan, saat ini Pemkot Depok ditarget oleh Pemprov Jabar untuk bisa mengendalikan dan menurunkan angka pengangguran menjadi 5,5 persen.
“Sudah dapat amanat dari Pemprov Jabar, dapat target untuk menurunkan angka pengangguran,” ujar Sidik Mulyono.
Sidik Mulyono menuturkan, Pemkot Depok harus bekerja keras untuk mencapai target tersebut. Untuk mengatasi hal ini, Pemkot Depok telah menyiapkan beberapa strategi yaitu dengan mengadakan bursa kerja dan juga berbagai pelatihan.
“Tentu harus kerja keras, maka dari itu kita rutin adakan bursa kerja dan juga berbagai pelatihan. Seperti pelatihan content creator, pelatihan menjahit dan juga pelatihan desain grafis 3D,” ungkap Sidik Mulyono.
Anggota Komisi B DPRD Kota Depok Fraksi PKS, Qurtifa Wijaya mengapresiasi keberhasil Pemkot Depok dalam menurunkan angka pengangguran. Menurutnya, penurunan angkan ini tidak lepas dari berkembangnya ekonomi di kota Depok. Sehingga peningkatan bisnis dan pembukaan lapangan kerja juga mulai meluas.
“Tentu saya mengapresiasi ini. Menurunnya pengangguran sejalan dengan membaiknya perekonomian rakyat,” tutur Qurtifa Wijaya.
Qurtifa Wijaya juga mengungkapkan, penurunan angka pengangguran ini menunjukkan program pelatihan kerja dan pendidikan yang diberikan Pemkot Depok berjalan dengan baik sehingga masyarakat dengan mudah menemukan pekerjaan.
“Program Pemkot Depok yang berjalan saat ini sangat bagus, seperti pelatihan magang ke Jepang dan juga program bursa tenaga kerja. Program ini memudahkan masyarakat untuk mendapatkan pekerjaan,” beber Qurtifa wijaya.
Qurtifa Wijaya menegaskan, kebijakan pemerintah yang mendukung investasi, mengurangi birokrasi dengan menggunakan teknologi informasi serta adanya Perda Kota Depok yang mengharuskan perusahaan untuk memperkerjakan lebih banyak tenaga kerja lokal warga Depok merupakan langkah strategi menekan angka pengangguran.
“Kebijakan pemerintah mendukung investasi, serta ketentuan Perda Kota Depok untuk memperkerjakan tenaga kerja lokal warga Depok juga merupakan upaya strategis dalam penurunan angka pengangguran,” ungkap Qurtifa Wijaya.
Namun meski begitu, Pemkot Depok harus terus fokus dalam menekan angka pengangguran, sebab, Pemerintah Provinsi (pEMPRO) Jawa Barat memberi mandat kepada Pemerintah Kota Depok agar bisa menurunkan angka pengangguran menjadi 5,5 persen.***
Tentang Penurunan pengangguran Depok :
Jumlah pengangguran 2023 :
- 6,97 persen (72.043 orang)
Jumlah pengangguran 2022 :
- 7,82 persen (98.430 orang)
Grafik Penurunan 2022-2023 :
- 0,8 persen (26.387 orang)
Target Pemprov untuk Depok di 2024 :
- 5,5 persen
Komponen pengangguran :
- Mencari pekerjaan
- Mempersiapkan usaha baru
- Putus asa
- Sudah diterima bekerja namun belum mulai bekerja
Angka tingkat pengangguran terbuka berdasarkan lulusan :
- SMK : 30,14 persen
- SMA : 23,35 persen
- SD : 16,43 persen
- Universitas (Diploma IV/S1,S2,S3) : 13,28 persen
- SMP : 12,11 persen
- Diploma : I/II/III 4,69 persen
Upaya menurunkan pengangguran :
- Bursa kerja
- Pelatihan
- Dan lainnya